15 August 2017

Maria Walanda Maramis: Permata dari Minahasa

Maria Walanda Maramis: Permata dari Minahasa (Foto: Dok. lenteraedukasi.com)

”... Pertahankan bangsamu, pergunakanlah bahasa daerahmu dan pakailah pakaian daerahmu ....”
(Maria Walanda Maramis 1872 - 1924)


Maria Josephine Catharina Maramis. Itulah nama yang diberikan pasangan Bernadus Maramis dan Sarah Rotinsulu kepada putri cantiknya yang lahir tanggal 1 Desember 1872 di Desa Kema, pesisir Timur Minahasa. Kakak pertamanya Andries Alexander Maramis, yang juga seorang pahlawan dan kakak keduanya yang seorang perempuan bernama Antje (Ance).

Pada usia 6 tahun, Maria kecil ditinggalkan kedua orang tuanya karena sakit. Dan akhirnya, Maria dan kedua kakaknya tinggal bersama pamannya, Mayor Ezau Rotinsulu, kepala distrik Tonsea di Airmadidi. Biar Agan tahu, pangkat Mayor di masa itu sejajar dengan gelar Bupati di tanah Jawa.

Oleh pamannya, Maria kecil dan kedua kakaknya disekolahkan di Sekolah Rakyat (sekolah pribumi) selama 3 tahun sampai lulus. Namun cuma kakak laki-laki pertamanya, A.A Maramis, yang melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi. Penyebabnya, masalah ekonomi dan tradisi buruk saat itu yang beranggapan kalau perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.

Maria kecil sedih tidak bisa meneruskan sekolahnya. Namun dia pantang menyerah. Baginya, belajar bisa di mana saja dan apa saja. Dari bibinya, Ny. Rotinsulu, Maria kecil belajar banyak hal, seperti pelajaran tata krama pergaulan, berpakaian, masak-memasak, dan segala sesuatu yang seharusnya diketahui bagi seorang wanita.

Karena itulah, Maria kecil tumbuh menjadi remaja yang anggun, baik, ramah, suka bergaul, dan dihormati oleh orang-orang sekitarnya.

Ternyata, perjuangan besar itu dimulai dari keluarga tercintanya...

Sosok wanita seperti Maria remaja ini pasti jadi calon istri idaman setiap laki-laki. Dan yang beruntung menikahinya adalah seorang yang berpendidikan, seorang guru yang baru menyelesaikan studinya di Pendidikan Guru di Ambon bernama Jozef Frederik Calusung Walanda. Sejak itulah, sesuai adat Minahasa, namanya menjadi Maria Walanda Maramis.

Maria Walanda Maramis: Permata dari Minahasa
(Foto: Dok. bode-talomewo.com)

Dari pernikahannya dengan Josef, Maria memiliki 4 orang anak yaitu 3 perempuan dan 1 laki-laki. Tapi anak laki-lakinya meninggal saat kecil. Mungkin ini menjadi “jalan takdir Tuhan” untuk Maria dalam memajukan kaum perempuan. Dimulai dari keluarga kecilnya terlebih dahulu. Apakah Maria mampu atau tidak.

Karena ingin anak perempuannya mendapat pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki, Maria dan suaminya berupaya keras untuk menyekolahkan anak mereka setinggi-tingginya. Hingga akhirnya mereka berhasil menyekolahkan anak di ELS (Europe Lagers School) dan ke Batavia untuk melanjutkan ke sekolah guru. Satu fase perjuangan telah berhasil dilalui Maria sebagai pejuang keluarga.

“tidak ada pekerjaan yang sulit, yang ada adalah kita mau mengerjakannya atau tidak.”

Quote:"Ibu Maria sadar benar peran penting seorang ibu dalam rumah tangga. Keberhasilan sebuah rumah tangga sangat tergantung dari peran yang dimainkan oleh seorang ibu, di satu sisi bagaimana melayani dan membahagiakan suami, di sisi yang lain adalah bagaimana mendidik dan mengasuh anak-anak." Bapak Ivan R.B Kaunang, Dosen Ilmu Sejarah & Sejarawan Manado.

Pada jaman itu, banyak perempuan Minahasa yang tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk bekal merantau ke kota maupun yang mau berumah tangga. Makanya, Ibu Maria segera bergerak untuk mengejar cita-citanya mengangkat kaum perempuan dari ketertinggalan dan kebodohan.

Pada 8 Juli 1917, Ibu Maria membentuk PIKAT, Percintaan Ibu Kepada Anak Turun-Temurunnya, yang diizinkan oleh pemerintah Belanda. Bagi Ibu Maria tidak ada pekerjaan yang sulit, yang ada adalah kita mau mengerjakannya atau tidak. Dari organisasi yang dibuatnya inilah Ibu Maria yakin dan percaya bisa mengangkat kaum perempuan Minahasa.

Maria Walanda Maramis: Permata dari Minahasa
(Suasana belajar di huishoudschool. Sumber foto : PIKAT)

Tidak hanya membuat organisasi, Ibu Maria mencoba menyampaikan pandangan, visi misinya, serta ilmu yang dia miliki melalui surat kabar yang dimiliki oleh PIKAT. Beliau juga merealisasikan semuanya melalui Sekolah Rumah Tangga atau huishoudschool yang didirikannya.

Di sekolah itu, para kaum muda perempuan diajari berbagai macam keterampilan seperti menjahit, memasak, membuat prakarya, cara mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Karena banyak diminati dan organisasi ini diduduki oleh orang-orang penting, PIKAT menjadi terkenal dan mendirikan cabangnya di seluruh nusantara.

Maria Walanda Maramis, Permata dari Minahasa

Berhasil mengangkat kaum wanita di bidang pendidikan, beliau juga ingin wanita memiliki peran di bidang politik. Dengan kerja keras dan keyakinannya, pada tahun 1921, beliau berhasil membuat wanita memiliki hak suara di parlemen dan lebih hebatnya lagi, berkat Ibu Maria, perempuan pun jadi bisa dipilih menjadi anggota di parlemen di Minahasa Raad.

Jika kita lihat, perjuangan dan pengorbanan beliau begitu besar untuk kaum perempuan. Tidak hanya menuangkan pemikiran melalui tulisan, namun juga bergerak secara langsung demi wanita-wanita Minahasa dan Indonesia. Tidak hanya untuk kepentingan sendiri namun untuk kepentingan kaumnya, kaum perempuan Indonesia.

Meskipun mengaku sangat kagum pada keberhasilan Kartini mengangkat martabat wanita di tanah Jawa, Maria Walanda Maramis layak dikatakan bukanlah sekedar Kartini dari Minahasa. Beliau pantas mendapat sebutan ibu bangsa dari Minahasa. Tak heran, setelah meninggal pada 22 April 1924, pada 20 Mei 1969, beliau mendapat gelar Pahlawan Pergerakan Nasional dari pemerintah Indonesia. Dan setiap tanggal 1 Desember, selalu digelar peringatan kelahiran Ibu Maria di Minahasa.

Quote:"Mengenal pahlawan, sekali lagi tidak hanya terbatas pada apa dan siapa, serta apa yang dilakukannya, dan yang diperjuangkannya sehingga disebut pahlawan, tetapi yang terutama adalah bagaimana kita yang hidup kekinian dapat mewarisi nilai-nilai perjuangan yang telah dicontohkannya bagi kelangsungan bangsa ini ke depan." Ivan R.B Kaunang, Dosen Ilmu Sejarah & Sejarawan Manado.

Bayangin Gan Sist, bagaimana susahnya zaman dulu menyebarkan pemikiran positif dari sebuah kota kecil ke seluruh Indonesia. Tetapi dengan kerja keras dan keyakinan, Ibu Maria Walanda Maramis berhasil mencapai titik tertinggi demi perempuan Indonesia. So, apa yang ingin kamu capai demi Indonesia?Setuju nggak sih Gan, kalau merdeka itu nggak cuma bebas dari kekejaman fisik dari para penjajah, tapi juga merdeka dari segalanya. Salah satunya diberi pendidikan yang layak. Nah, thread ini akan memerdekakan Agan dan Sista dari pemikiran kalau pahlawan nasional Indonesia tuh cuma itu-itu aja. Padahal masih banyak pahlawan kita yang keren-keren perjuangannya. Dan pastinya, tanpa mereka kita pun nggak bakal merdeka.

No comments:

Post a Comment